BMKG Prediksi Hujan Masih Turun Pekan Depan

Aldiano Rifki
Aldiano Rifki
Diperbarui 28 April 2024 07:12 WIB
Gedung BMKG (Foto: MI/Nuramin)
Gedung BMKG (Foto: MI/Nuramin)

Jakarta, MI -  Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memonitor masih terjadinya hujan intensitas sangat lebat hingga ekstrem sejak tanggal 22 April 2024 di beberapa wilayah di Indonesia.

Berdasarkan informasi perkembangan musim, BMKG mencatat sekitar 63% wilayah Zona Musim di Indonesia baru akan mengalami awal Musim Kemarau pada bulan Mei hingga Agustus 2024. Mereka menilai periode pertengahan April masih cukup basah dan terjadi hujan di beberapa wilayah.

Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, masih adanya potensi peningkatan curah hujan secara signifikan pada sebagian besar Sumatera, Jawa bagian barat dan tengah, sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Maluku dan Sebagian besar Papua.

"Potensi hujan signifikan terjadi karena kontribusi dari aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial, serta kondisi suhu muka laut yang hangat pada perairan wilayah sekitar Indonesia," kata Guswanto dikutip dari laman BMKG, Minggu (28/4/2024).

Selain hujan, BMKG juga mencatat terjadinya gelombang panas atau heat wave pada wilayah Indonesia. Menurut Guswanto, fenomena suhu panas di Indonesia terjadi karena posisi semu matahari berada dekat sekitar khatulistiwa, pada April 2024. Hal ini menyebabkan suhu udara di sebagian wilayah Indonesia menjadi relatif cukup terik saat siang hari. 

Meski demikian, dia menilai fenomena suhu panas di Indonesia bukan merupakan heat wave. Fenomena panas di Indonesia hanya dipicu oleh faktor pemanasan permukaan sebagai dampak dari siklus gerak semu matahari sehingga dapat terjadi berulang dalam setiap tahun.

Heat Wave sendiri mulai melanda berbagai negara Asia dan Asia Tenggara, seperti Thailand yang mencatat suhu maksimum mencapai 52°C. 

Sedangkan di Indonesia, suhu udara maksimum diatas 36.5°C tercatat di beberapa wilayah, yaitu Medan, Sumatra utara mencapai suhu maksimum 37.0°C pada 21 April; serta di Saumlaki, Maluku mencapai 37.8°C, dan Palu, Sulawesi Tenggah mencapai 36.8°C; pada 23 April lalu.

Sementara itu, Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan selama periode peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau.

Sejumlah potensi cuaca ekstrem masih bisa terjadi seperti hujan lebat dalam durasi singkat yang dapat disertai kilat dan angin kencang, angin puting beliung, dan fenomena hujan es. 

Salah satu ciri masa peralihan musim adalah pola hujan yang biasa terjadi pada sore hingga menjelang malam hari dengan didahului oleh adanya udara hangat dan terik pada pagi hingga siang hari. Hal ini terjadi karena radiasi matahari yang diterima pada pagi hingga siang hari cukup besar dan memicu proses konveksi atau pengangkatan massa udara dari permukaan bumi ke atmosfer sehingga memicu terbentuknya awan.

Karakteristik hujan pada periode peralihan cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dalam durasi singkat. 

Apabila kondisi atmosfer menjadi labil/tidak stabil maka potensi pembentukan awan konvektif seperti awan Cumulonimbus (CB) akan meningkat. Awan CB inilah yang erat kaitannya dengan potensi kilat/petir, angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es. 

Dalam dua hingga tiga hari kedepan, potensi labilitas Lokal Kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal terdapat di hampir sebagian besar wilayah Indonesia.