Kecelakaan Maut KM 58 Tewaskan 12 Orang: Mobil Travel Gelap Diduga Dibekingi Aparat

Aswan LA
Aswan LA
Diperbarui 9 April 2024 11:37 WIB
Dalam kecelakaan ini dua mobil hangus terbakar, sementara bus ringsek di bagian depan (Foto: MI Repro Antara)
Dalam kecelakaan ini dua mobil hangus terbakar, sementara bus ringsek di bagian depan (Foto: MI Repro Antara)

Jakarta, MI - Kecelakaan maut di tol Jakarta-Cikampel (Japek) KM 58 telah menewaskan 12 orang penumpang mobil Grand Max. Parahnya lagi, seluruh korban tewas terbakar sulit dikenali.

Pengamat Transportasi, Djoko Setijowarno mengungkap, ribuan kendaraan jenis grand max bebas beroperasi di sepanjang jalur tol Jakarta hingga Jawa Tengah. Grand Max yang terbakar di Tol Japek pada Senin (8/4/2024) pagi diduga kuat merupakan kendaraan penumpang gelap alias travel gelap.

Lebih parahnya lagi, kata Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu, banyak sopir grand max itu dibawah umur atau 17 tahun kebawah.

"Jadi susah juga memang, banyak sopir travel gelap itu dibawah umur. Rata-rata mereka belum punya SIM," ujar Djoko saat berbincang dengan Monitorindonesia.com, Selasa (9/4/2024) pagi.

Bahkan, pemilik kendaraan juga tidak jelas. Oleh karena itu, saat terjadi kecelakaan seperti yang menewaskan 12 orang penumpangnya di tol Japek pemilik kemdaraan tak ada yang muncul untuk bertanggungjawab.

"Saya 3 tahun lalu pernah melakukan investigasi atas banyaknya mobil penumpang gelap yang kebanyakan jenis grand max yang beroperasi di Jakarta, Jawa Barat hingga Jawa Tengah," ucapnya.

https://monitorindonesia.com/storage/media/photos/57886d83-9837-4542-80d8-03f8783681df.jpg

Penampakan kecelakaan di KM 58, mobil terbakar hangus (Foto: Dok MI)

Mobil tersebut juga bebas membawa penumpang tanpa ada pengawasan dari polisi lalu lintas jalan tol atau PJR. Djoko menyebut bahwa mobil penumpang gelap itu diduga dibekingi oleh oknum aparat.

Sebagai buktinya, ratusan bahkan ribuan mobil grand max bebas tanpa ada tindakan Patroli Jalan Raya (PJR) di jalan raya. Padahal, perilaku mobil travel gelap tersebut sangat berisiko bagi pengendara lain. 

"Ada seribuan mobil jenis grand Max yang jadi mobil penumpang (gelap) masuk ke Jakarta tiap hari. Dari Jakarta travel gelap ini memasuki wilayah perbatasan Jawa Barat-Jawa Tengah. Ada yang lewat Bekasi juga. Setiap hari pergerakannya diatas seribuan (unit). Pemilik kendaraan juga tidak jelas," katanya.

Djoko mengatakan, pernah bertanya kepemilikan kendaraan penumpang gelap itu. Mereka menggunakan grand max karena dianggap kendaraan yang standarnya sedikit dibawah mobil Alphard.

Padahal, grand max itu tak layak membawa penumpang apalagi dengan jumlah banyak. Di jalan raya atau jalan tol mobil penumpang gelap itu berlomba-lomba untuk segera sampai ke tujuan. 

Disamping penumpangnya yang banyak atau melebihi kapasitas, ditambah barang-barang milik penumpang. Sudah kondisi kendaraan yang seperti itu, ditambah bebaan barang dan sopir yang masih kebanyakan masih anak-anak.

PJR Tahu

Menurut Djoko, petugas PJR Tol Cipali dan Japek sudah tahu kalau kendaraan gran max yang berlalu lalang di tol adalah travel gelap. Bahkan mobil travel itu dipelihara untuk pendapatan, bukan dicegah demi keselamatan.

"Oknum Polantas-nya ngerti dan tahu itu mana travel gelap, karena dia juga kebagian. Oknum PJR itu dengan sopir angkutan gelap itu juga ada lokasi pertemuan mereka di rest area tol Cipali. Mereka ada rumah makan khusus juga " katanya 

"Isitilahnya mereka, jadi kalau berhenti disitu, numpamg makan rame padahal itu makanannya nggak enak, harusn bayar 30 ribu untuk makan penumpangnya," tambah Djoko.

Djoko mengatakan, bisnis travel gelap tersebut merupakan bisnis besar. "Penumpangnya disuruh makan bayarnya Rp 30 ribu, kalikan berapa ratus kendaraan per hari kan padahal makanannya gitu-gitu aja itulah," katanya.

Sebanyak 12 orang yang meninghal di KM 58 kemarin diduga kuat merupakan travel gelap. Bila di cek penumpangnya pasti berbeda-beda alamat. "Saya duga yang terbakar itu travel gelap," katanya.

https://monitorindonesia.com/storage/media/photos/d968fe59-d656-41fd-b24b-32b6bcb3817e.jpg

Salah satu keluarga korban kecelakaan terlihat menangis (Foto: Dok MI)

Penumpang mobil travel gelap itu biasanya berasal dari  wilayah perbatasan Jawa Tengah, Jawa Barat. Misalnya berasal dari kabupaten Wonosobo, Banyumas, Cilacap, Brebes, Tegal, Pekalongan, Batang, dan Malang.

"Banyak juga dari Kabupaten Grobogan sekarang ini tapi dari Kabupaten Wonogiri, nggak mungkin karena ada bis-bis AKAP dari Wonogiri itu," katanya.

Perilaku pengemudi mobil travel gelap itu sudah sangat mengganggu di jalan raya. "Sudah bukan main memang ya menggangu, dan itu pernah saya tulis dua tiga tahun yang lalu operasi mereka sekarang masih berjalan, ini harusnya setelah Lebaran  itu dilakukan sweeping," katanya.

Djoko mengakui, 3 tahun lalu mobil mobil travel gelap itu pernah dikandangin Polda Meteo Jaya. Namun, sekarang kembali menjamur. 

"Kendaraan travel gelap ini makin bandel, itu kecepatannya ngeri. Sopirnya masih banyak di bawah umur, jadi nggak punya SIM nggak ada jaminan. Kalau ketangkap PJR juga pasti lolos, itu loh," tambah Djoko.

Karena sopir mobil travel tak ngerti aturan ber-lalu lintas maka saat masuk jalur contra flow di Tol Japek kemarin jadinya kecelkaan fatal. "Sopir sesuka hati masuk ke lajur kanan, padahal tiu jalur berlawanan arah sehingga dihantam bus Primajasa hingga terbakar hebat," tandasnya. (man)